Teknologi 3G
Pada masa sekarang setiap provider operator telekomunikasi sangat
gencar dalam melakukan penambahan BTS 3G (UMTS) ini bertujuan untuk menambah
kapasitas kanal trafik dan memperluas coverage. Di sisi lain, penambahan BTS 3G (UMTS) berdampak positif terhadap
peningkatan kapasitas kanal trafik dan luas coverage, tapi disisi lain
penambahan BTS 3G (UMTS) menuntut kebutuhan frekuensi yang semakin hari semakin berkurang.
Penggunaan frekuensi yang terlalu banyak tanpa di ikuti oleh pengaturan frekuensi
yang baik justru akan memicu timbulnya interferensi yang secara tidak langsung dapat menurunkan
kualitas sinyal. Hal ini secara langsung berdampak terhadap kualitas sinyal
yang dirasakan pelanggan.
A. 3G
3G adalah
singkatan dari istilah dalam bahasa Inggris: third-generation
technology. Istilah ini umumnya digunakan mengacu kepada perkembangan
teknologi telepon nirkabel (wireless). 3G juga berguna untuk menelepon, tetapi
dengan 3G, penelepon dan penerima bisa saling
bertatap muka.
3G dapat
dikatakan istilah yang digunakan untuk teknologi telepon bergerak generasi ke-3, teknologi ini merupakan pengembangan dari generasi ke-2
(2G). 3G
merepresentasikan evolusi untuk kapasitas, kecepatan data dan kemampuan layanan baru. Layanan yang terkait dengan 3G adalah layanan perpindahan
data baik berupa voice data maupun non-voice data.
B.
SEJARAH SINGKAT 3G
Ada
pun perkembangan teknologi nirkabel dapat dirangkum sebagai-berikut :
- Generasi pertama: analog, kecepatan rendah (low-speed), cukup untuk suara. Contoh: NMT (Nordic Mobile Telephone) dan AMPS (Analog Mobile Phone System)
- Generasi kedua: digital, kecepatan rendah - menengah. Contoh: GSM dan CDMA2000 1xRTT
- Generasi ketiga: digital, kecepatan tinggi (high-speed), untuk pita lebar (broadband). Contoh: W-CDMA (atau dikenal juga dengan UMTS) dan CDMA2000 1xEV-DO.
Antara generasi kedua dan generasi ke-3,
sering disisipkan Generasi 2,5, yaitu digital, kecepatan menengah (hingga 150
Kbps). Teknologi yang masuk kategori 2,5G adalah layanan berbasis data seperti GPRS (General Packet Radio Service)
& EDGE (Enhance Data rate for GSM Evolution) pada domain GSM dan PDN
(Packet Data Network) pada domain CDMA.
3G
adalah hasil dari spesifikasi yang diinginkan oleh IMT-2000 (International Mobile
Telecommunication – 2000) ITU (International Telecommunication Union). 3G diharapkan
merupakan satu teknologi standar yang digunakan oleh seluruh dunia, akan tetapi
pada kenyataannya 3G terbagi menjadi 3.
C.
TIGA JENIS TEKNOLOGI
BERKONSEP 3G
• UMTS (W-CDMA)
UMTS (Universal
Mobile Telecommunications System) dikembangkan oleh Eropa dan Jepang.
UMTS merupakan suatu revolusi dari GSM yang mendukung kemampuan generasi ketiga
(3G). UMTS menggunakan teknologi akses WCDMA dengan system DS-WCDMA (Direct
Seqence Wideband Code Division Multiple Access).
Terdapat dua mode yang digunakan dalam WCDMA dimana yang pertama
menggunakan FDD (Frequency Division Duplex) dan kedua dengan menggunakan
TDD (Time Division Duplex). FDD dikembangkan di Eropa dan Amerika
sedangkan TDD dikembangkan di Asia. Pada WCDMA FDD, digunakan sepasang
frekuensi pembawa 5 MHz pada uplink dan downlink dengan alokasi frekuensi untuk
uplink yaitu 1945 MHz – 1950 MHz dan untuk downlink yaitu 2135 MHz – 2140 MHz.
•
CDMA2000
CDMA2000 juga dikenal sebagai IMT Multi-carrier
(IMT-MC) adalah standar teknologi mobile 3G yang
menggunakan channel akses CDMA untuk mengirim suara, data, dan sinyal data.
•
Time Division Synchronous Code Division Multiple Access (TD-SCDMA)
Sedang dalam pengembangan oleh
RRC.
D.
KEUNGGULAN
3G
Sistem 3G dibutuhkan untuk memberikan layanan bit
rate tinggi yang memungkinkan gambar dan video dengan kualitas tinggi dikirim dan diterima melalui wireless network. 3G juga diharapkan untuk memberikan akses ke internet
dengan bit rate yang tinggi pula.
Secara umum, ITU-T, sebagaimana dikutip oleh FCC
mendefinisikan 3G sebagai sebuah solusi nirkabel yang bisa memberikan kecepatan
akses :
- Sebesar 144 Kbps untuk kondisi bergerak cepat (mobile).
- Sebesar 384 Kbps untuk kondisi berjalan (pedestrian).
- Sebesar 2 Mbps untuk kondisi statik di suatu tempat.
- Sebesar 144 Kbps untuk kondisi bergerak cepat (mobile).
- Sebesar 384 Kbps untuk kondisi berjalan (pedestrian).
- Sebesar 2 Mbps untuk kondisi statik di suatu tempat.
E.
KARAKTERISTIK 3G
a)
Packet-switch.
b)
Campuran dari berbagai layanan
c)
Layanan suara dan data
dengan bit rate tinggi, termasuk layanan multimedia.
d)
Enhanced Multiple Access
Techniques.
e)
Pola modulasi dengan efisiensi yang
tinggi.
f)
Bisa berdampingan dengan 2G.
F.
BEBERAPA KENDALA DALAM PENGAPLIKASIAN 3G
a)
Hambatan pada implementasi global
b)
Siapa yang akan diuntungkan
c)
Keuntungan apa yang akan diperoleh.
d)
Mendefinisikan teknologi yang
akan dipakai.
e)
Daerah yang akan diimplentasikan
G.
CONTOH KASUS KEGAGALAN UPGRADE 3G PADA VENDOR TELEKOMUNIKASI AXIS
Sejak Axis melakukan migrasi pada pertengahan Juli akhir pekan lalu, di
wilayah di Jabodetabek, Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah,
Yogyakarta, Bali, dan Nusa Tenggara.
Upaya migrasi itu mengalami kegagalan karena ada interferensi dari sinyal Smart
Telecom yang berjalan di frekuensi 1.900MHz. Interferensi ini terjadi karena perbedaan teknologi
Personal Communication System (PCS) 1900 yang digunakan pada jaringan CDMA
Smart Telecom, dan teknologi Universal Mobile Telecommunication System (UMTS) yang
dipakai lima operator GSM, yakni Telkomsel, XL Axiata, Indosat, Tri, dan Axis. Tercatat,
1.935 BTS yang mengalami gangguan saat dilakukan migrasi terdapat di wilayah
Jabodetabek dan Banten (843 BTS), Jawa Barat (342 BTS), Jawa Timur (413 BTS),
Jawa Tengah dan Yogyakarta (252 BTS), Bali dan Nusa Tenggara Barat (85 BTS).
Kerugian Yang Dialami Axis
Langkah Axis Telekom Indonesia untuk kembali ke blok kanal sebelumnya pasca kegagalan migrasi 3G di 2,1 GHz ternyata harus dibayar mahal. Sang
operator seluler harus menanggung kerugian hampir Rp 30 miliar. Demikian diungkap Rodrigo Araujo, GM Technology Planning Axis. Disebutkan olehnya, biaya
total yang harus dikeluarkan perusahaannya untuk migrasi 3.803 Node B atau BTS 3G sebesar USD 5 juta atau sekitar Rp 51,5miliar.
Dengan kegagalan migrasi 58% atau 1.935 BTS yang harus dikembalikan Axis ke blok kanal sebelumnya, sang operator memperkirakan akan kena charge tambahan dari vendor jaringan Huawei dan Ericsson sebesar USD 2,9 juta lagi atau hampir Rp 30 miliar.
Dengan kegagalan migrasi 58% atau 1.935 BTS yang harus dikembalikan Axis ke blok kanal sebelumnya, sang operator memperkirakan akan kena charge tambahan dari vendor jaringan Huawei dan Ericsson sebesar USD 2,9 juta lagi atau hampir Rp 30 miliar.
H.
ANALISA JARINGAN
3G DENGAN METODE DRIVE TEST
Meningkatnya jumlah pelanggan sebuah operator tidak hanya
berdampak pada peningkatan revenue, namun juga berakibat pada naiknya jumlah
panggilan gagal. Namun panggilan gagal yang dialami oleh operator seluler bisa
disiasati dengan cara melakukan optimasi jaringan.
Metode drive test perlu dilakukan
secara berkala untuk mencapai kualitas jaringan 3G(UMTS) yang baik. Dengan
memakai mapserver data hasil pengukuran dapat ditampilkan dalam web browser
sehingga dapat di akses dengan cepat oleh para operator untuk melakukan
tindakan selanjutnya tentang kualitas jaringan 3G mereka, apakah perlu dilakukan
perbaikan atau tidak.
Drive Test dalam telekomunikasi adalah suatu istilah yang
digunakan karena dalam pekerjaannya kita berada dalam mobil yang diam lalu
berjalan dan diam lagi sesuai dengan kebutuhan tertentu. Perjalanan pun
dilengkapi dengan peta digital, GPS, handset dan software Drive Test. Software yang bisa digunakan untuk melakukan
Drive Test adalah TEMS dari Ericsson, ada juga NEMO
dari Nokia, dll tapi saat ini yg paling umum digunakan adalah TEMS dengan
versinya hingga versi 8.13.
Kegagalan
panggilan bisa disebabkan oleh 3 faktor :
1.
Komponen dalam ponselnya yang bermasalah. Faktor pertama tentu
bisa diatasi dengan melakukan penggantian komponen.
2.
Pelanggan memang berada pada luar coverage BTS, sehingga saat
handover, ponsel tidak tercover oleh BTS lain (blank spot). Sementara yang kedua kita
tidak bisa berbuat banyak selain menunggu ponsel mendapatkan sinyal kembali,
solusinya mungkin bisa dilakukan dengan penggantian simcard operator lain.
3.
Jaringan operator yang memang sedang padat. Sebagai pedoman, untuk
menentukan kriteria
penilaian Drive Test ini parameter yang digunakan adalah penilaian Received Signal Code Power (RSCP), EcNo, Speech Quality Index (SQI), Call Setup
Success Rate (CSSR), Call Drop Ratio (CDR), Successful Call Ratio
(SCR), Handover
Success Ratio (HSR).
Penjelasan dari parameter penilaian
Received
Signal Code Power (RSCP)
Merupakan tingkat kekuatan sinyal di jaringan
3G. Untuk RSCP menggunakan skala -47 dBm s.d. -112 dBm. ( > -85 dBm Sangat Baik, 98 s.d. -85 Baik, -108
s.d. -98 Cukup Baik, dan
< -108 Kurang Baik).
Energy
Carrier Per Noice (Ec/No)
Ec/No adalah kualitas data atau suara di
jaringan operator 3G/UMTS. Skala 0 s.d.
-6 dBm sangat baik, -6 s.d -11 dBm baik, 11 s.d -16 dBm buruk dan < -16 dBm
sangat buruk.
Speech
Quality Index (SQI)
Secara tradisional, kualitas data atau
suara di jaringan 3G/UMTS di ukur dengan parameter Ec/No, bagaimanapun tidak
akurat digunakan sebagai indikator kualitas sinyal. SQI adalah pengukuran yang
lebih canggih dikhususkan untuk menggambarkan kualitas suara. Seperti halnya
EcNo, SQI diupdate 0,5 detik.
Call
Setup Success Rate (CSSR)
Merupakan
standarisasi prosentase tingkat keberhasilan panggilan oleh kesediaan kanal
suara yang sudah dialokasikan untuk mengetahui kesuksesan panggilan tersebut,
maka ditandai dengan tone saat terkoneksi dengan ponsel lawan bicara. Standard
penilaian akan terketahui jika:
•
Angka menuju > 95% maka berpredikat Excelent
•
90 - 95% Good
•
80 - 90% fair.
•
Jika < 80% maka digolongkan poor atau buruk sekali.
Call
Drop Ratio (CDR)
Call Drop Ratio adalah prosentase banyaknya panggilan yang jatuh atau putus setelah kanal
pembicaraan digunakan.
Successful
Call Ratio (SCR)
Successfull Call Ratio adalah prosentase dari keberhasilan
proses panggilan yang dihitung dari si penelepon melakukan panggilan sampai
dengan panggilan tersebut terjawab oleh penerima.
Handover
Success Ratio (HSR)
Handover Success Ratio adalah prosentase tingkat
keberhasilan proses perpindahan selama
melakukan percakapan secara mobile tanpa terjadi pemutusan hubungan.
DAFTAR PUSTAKA
http://republika.co.id/
http://inet.detik.com/read/2013/04/17/085810/2222289/328/demi-axis-kominfo-minta-smartfren- matikan-jaringan
http://inet.detik.com/read/2013/07/25/042135/2313604/328/gagal-migrasi-3g-axis-tekor-rp-30-miliar
http://id.wikipedia.org/wiki/GPRS
http://aryviera.wordpress.com/2009/02/18/parameter-drive-test/
http://en.wikipedia.org/wiki/CDMA2000